AGAMA KATOLIK kelas 12 Sems 1.
Bagian Pertama
PELBAGAI MACAM
PANGGILAN HIDUP
1.
Panggilan Hidup Berkeluarga
Berbagai
pandangan tentang Perkawinan
a. Tradisional : Ikatan antara laki-laki
dan perempuan bersama keluarga besarnya.
b. Sosial : Persekutuan hidup yang
memiliki bentuk, tujuan dan hubungan
khusus, dimana laki-laki dan perempuan menjadi
manusia seutuhnya, dan menjadi ayah atau ibu.
c. Hukum : Perjanjian antara laki-laki
dan perempuan yang memiliki ketetapan
hukum yang mengikat.
d. Antropologis : Persekutuan hidup antara
laki-laki dan perempuan berdasarkan
cinta, pengungkapan diri manusia
sebagai manusia.
e. Arti Perkawinan Katolik : Menurut KHK 1983 kan.1055 § 1 adalah
perjanjian (foedus) antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk
membentuk kebersamaan hidup.
Yakni kesepakatan untuk saling melengkapi, saling mendukung dan
membahagiakan dalam seluruh hidup, dalam untung dan malang dan suka dan duka.
f.
Jadi Perkawinan adalah: Persekutuan hidup antara laki-laki dan perempuan
yang memiliki ketetapan hukum, dimana anak adalah mahkota perkawinan.
2.
Makna keluarga pada umumnya
a. Bentuk Persekutuan/ suatu institusi. *) Berdasarkan darah : ayah, ibu, anak, kakek –
nenek, tante, dst. *) Kesatuan social: keluarga Sanmar 1, keluarga kelas IPS/ IPA. *)
Ekonomi : Ikatan Pengusaha
Indonesia, Perkumpulan para Tukang Becak Bandung. *) Rohani : Keluarga Gereja Pasundan, Perkumpulan Wanita
Katolik.
b. Sel kehidupan masyarakat
yang juga mempengaruhi masyarakat. Masyarakat dipengeruhi oleh keadaan
keluarga-keluarga dalam masyarakat. Situasi di kompleks perumahan para
pebisnis, mereka jarang bergaul. Lebih sering sunyi dan tertata rapi. Sedangkan
situasi di perkampungan tampak ramai, para ibu mudah ditemui di lorong-lorong.
c. Tempat utama dan pertama
pendidikan anak-anak : kebiasaan dalam keluarga biasanya lebih kuat dibawa anak
hingga besar. Anak-anak akan mengkopi sifat orang tuanya yang biasanya berdoa,
sopan, dan sabar. Anak-anak akan menjadi kasar dan memberontak bila sering
dicueki, atau dimarahi oleh orang tuanya.
3.
Perkawinan dalam Tradisi
Katolik
a. Landasan biblis (perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru)
-
Spiritualitas Keluarga Abraham : Nilai dan konflik
Konflik
|
Ciri
|
Solusi
|
Kitab Suci
|
Kemapanan
Allah menyuruh Abraham pergi dari mencari tanah
baru
|
Taat, beriman
|
Menurut dan berangkat.
|
|
Keturunan
Sampai
tua Abraham dan Sara belum memiliki keturunan
|
Sarai mulai putus asa dan tidak percaya
|
Sarai memberikan pembantunya kepada Abraham
|
Kej 16. 1 – 4
|
Pertengkaran
Hagar
mengandung dan merasa tinggi hati.
|
Sakit hati dan marah
|
Sarai menindas Hagar sehingga dia melarikan diri.
|
Kej 16. 4 – 15
|
Warisan
Sara
tidak mau Ismail mendapat bagian warisan
|
Cemas dan egosi
|
Hagar dan Ismail disuruh pergi
|
Kej. 21. 8 – 14
|
Persembahan
Allah
meminta Abraham untuk menjadikan Isaak
sbg
korban bakaran.
|
Taat, beriman
|
Allah menyadarkan Abraham bahwa didekatnya ada domba
|
Kej 22. 1 – 19
|
-
Spiritualitas Keluarga Nazareth : Kebiasaan, nilai dan konflik.
Konflik
|
Ciri
|
Solusi
|
Kitab suci
|
Maria Mengandung sebelum
menikah
|
Maria taat
|
Maria akan diceraikan secara
diam-diam
|
Matius 1. 18 – 19
|
Yusuf mau menceraikan Maria
|
Marah
|
Malaikat memberitahukan
Yusuf untuk tidak melakukan niatnya itu.
|
Matius 1: 20 – 25
|
Dipaksa melakukan perjalanan
jauh saat Maria hamil tua, kesulitan mendapatkan penginapan
|
Taat, setia dan saling mendukung
|
Mendapatkan tempat
penginapan di kandang.
|
Lukas 2: 1 - 6
|
Herodes memburu Yesus
|
Takut
|
Malaikat menyuruh Yusuf
membawa anak dan istrinya ke Mesir
|
Matius 2 : 13 – 15
|
Yesus tertinggal di Bait
Allah ketika berumur 12 tahun
|
Cemas
|
Kembali ke Yerusalem untuk
mencari Yesus sehari perjalanan.
|
Lukas 2: 41-51
|
Kebingungan Maria tentang
kedirian Yesus
|
Hening dan pasrah
|
Maria menyimpan semua
perkara dalam hati
|
Lukas 2: 19, 51
|
Yesus disiksa dan disalibkan
|
Hening dan pasrah
|
Maria menyimpan semua
perkara dlm hati
|
Matius 27
|
b. Hakikat Spiritual (sebagai peristiwa iman, cinta sebagai pengalaman rohani)
-
Cinta sebagai dasar dan suci : kesediaan untuk terbuka, saling menerima
dan berkurban.
Tingkatan
Cinta
a.
Agape :
cinta yang tulus bahkan disertai pengurbanan diri. Misal : Ayah terhadap anak-anaknya, Istri terhadap suami. Teman yang rela berkoban agar temannya selamat. Tuhan Yesus yang rela wafat untuk manusia.
b. Phileo :
menyayangi secara murni, hubungan saling melengkapi (dua sahabat yang baik)
c. Stergo :
tertarik spontan, mau melindungi, rasa bertanggung jawat terhadap kesejahteraan.
(Pemerintah terhadap rakyat, guru
terhadap siswa, dll)
d. Eros : ketertarikan secara fisik– seksual. Bersifat emosional belaka dan sesaat.
-
Menanggapi panggilan Tuhan :
Menjadi ayah / ibu adalah panggilan untuk menjadi rekan kerja Allah dalam
mewartakan kasih, dan menciptakan manusia baru.
-
Makna sakramen Pernikahan :
Perkawinan adalah suci karena Allah sendiri yang telah merestui perkawinan.
Maka tidak ada perceraian, sebab Allah tidak mungkin memasangkan dua orang
secara acak dan coba-coba.
-
Keluarga sebagai gereja mini : Gereja = tempat tinggal Allah. Allah
hadir dalam tiap keluarga, dan tiap keluarga melaksanakan misi gereja yakni
mewartakan kasih Allah.
c. Hakikat sosial pernikahan (Sosial – hubungan yang khusus antara dua atau lebih
pribadi)
-
Persekutuan hidup dan cinta : perkawinan adalah
persatuan antara dua pribadi yang berbeda. Dimana cinta bisa mengalahkan semua
perbedaan, menjadi dasar dan tujuan dari persekutuan tersebut. Dan sangat
terbuka terhadap kehadiran anak-anak / anggota sosial yang lain.
-
Monogami dan tak terceraikan : Perkawinan itu hanya
untuk satu laki-laki dan perempuan, memiliki ketetapan hukum sehingga tidak
dapat seenaknya saja bercerai untuk kawin lagi.
d.
Tujuan perkawinan
a) Kesejahteran hidup bersama
suami – istri (Bonum vitae). Tujuan utama perkawinan adalah agar suami - istri untuk saling membahagiakan.
b) Membentuk persekutuan hidup bersama (Bonum Cognium/ Comune). Suami istri harus menerima pasangan secara total, seluruh diri dan apa adanya. Cinta yang tanpa syarat.
c) Kebaikan hidup anak-anak (Bonum Proles). Perkawinan itu harus terbuka pada kelahiran anak (procreatio) dan bertanggung jawab untuk kebahagiaan dan kemandirian anak-anak.
e.
Ciri Perkawinan Katolik
1. Monogami : Perkawinan itu
hanya untuk satu laki-laki dan satu perempuan.
2. Tak terceraikan : Setia
dengan satu pasangan sampai akhir hayat sebab apa yang telah disatukan Allah
tidak dapat diceraikan oleh manusia. (Matius, 5:32; 19.6)
3. Sakramental : Perkawinan itu
direstui oleh Allah sendiri dan Allah hadir di dalam keluarga tersebut.
f.
Proses Pernikahan Katolik
a)
Syarat pernikahan : Sah bila
1.
Ada kesepakatan / perjanjian
nikah.
2.
Kesepakatan diterima oleh
pejabat gereja (uskup, imam atau diakon).
3.
Ada saksi minimal dua orang.
Syarat tambahan :
4. Pasangan bebas dan memahami
–lewat KPP) tentang perkawinan.
5. Penyelidikan Kanonik : untuk memastikan kelayakan secara moral dan hukum
suatu perkawinan.
Halangan Perkawinan
Halangan Perkawinan
b) Halangan pernikahan dari hukum
ilahi : halangan yang bersifat kodrati, tidak terbantahkan.
1. Impotensi yang bersifat
tetap (Kak 1084)
2. Masih terikat perkawinan
sebelumnya (Kan. 1085)
3. Ada hubungan darah dalam
garis lurus (kebawah atau ke atas) – (Kan 1091 $ 1)
Garis
lurus : ayah/ Ibu – Anak – Cucu – Cicit, dst.
c) Halangan nikah menurut Kitab
Hukum Kanonik :
1. Belum cukup Umur (Pr. 14 th & Lk. 16
th).
2. Beda Agama
3. Masih terikat Tahbisan Suci
4. Masih terikat kaul biarawan/ wati
5. Penculikan
6. Kriminal
7. Hubungan darah ke samping :
Adik-kakak sepupuh.
8. Hubungan semenda (anak tiri
dan ipar)
9. Kelayakan public (calon pengantin gangguan jiwa (tidak paham arti perkawinan), atau sulit diterima masyarakat karena cendrung berbahaya)
10. Pertalian adopsi.
4.
Tantangan dan Peluang untuk
Membangun Hidup Berkeluarga
a.
Situasi Harmonis
Ø Ada komunikasi yang baik
Ø Ada sikap saling percaya,
terbuka dan hormat
b.
Situasi tidak harmonis
Ø Ada permusuhan, tidak saling
hormat, komunikasi negative, dll. (
Ø Perkawinan campur :
1. Beda agama : Katolik & Muslim, Katolik & Hindu, Katolik & Budha, dll.
Untuk
sah membutukan dispensasi dari Uskup.
2. Beda gereja : Katolik & Protestan
5.
Program Keluarga berencana
Alamiah (KBA)
Keluarga Berencana adalah perencanaan kelahiran anak
lewat pantang berkala. Maksudnya bahwa jadwal hubungan suami-istri dilakukan
sambil memperhitungan jadwal masa subur sang istri. Bila suami – istri belum
ingin memiliki anak (lagi) maka mereka tidak boleh melakukan hubungan seks pada
masa subur. Masa subur berdurasi 2 – 4 hari, terjadi pada hari ke 12 - 16 sejak
menstruasi hari pertama. Tiap perempuan memiliki masa subur yang berbeda-beda.
Program KBA memiliki makna spritual, yakni agar suami istri tidak fokus pada hubungan seks sebagai pengungkapan cinta, namun kreatif menemukan cara lain. Sehingga cinta mereka sungguh tulus, bukan karena dorongan seksual semata. Selain itu KBA sangat membuka peluang bagi campur tangan Allah sang pencipta.
Gereja tidak menganjurkan pemakaian KB buatan
terutama bila ada pihak yang dipaksakan untuk memakai sehingga menjadi pihak
yang dikurbankan dan menderita, misalnya pemasangan spiral membuat sang istri
tidak nyaman.
6.
Tantangan keluarga modern
a. Tuntutan Ekonomi makin tinggi : hampir semua hal harus dibeli. Uang menjadi
barang wajib untuk dimiliki. Harga-harga melaju lebih cepat naik dibanding
pendapatan. Keluarga dituntun professional dalam mengolah keuangan.
b. Hidup bersama masyarakat materialis dan hedonis : Materialis : gaya hidup
yang lebih mementingkan materi, mengumpul harta atau barang lebih banyak meski
tidak (terlalu) penting untuk dimiliki. Hedonisme
: Gaya hidup yang mementingkan kenikmatan / kesenangan. Tidak mau lagi hidup
berkurban. Hidup hanyalah kesenangan. Segalanya haruslah mudah didapatkan, dan
tidak jadi soal untuk mudah dibuang.
7.
Panggilan Hidup Membiara.
Hakikat atau inti hidup membiara adalah menjadi
contoh hidup Kristus. Para biarawan/ wati adalah contoh yang tampak dari
kepribadian Yesus Kristus. Mereka adalah contoh hidup para kudus.Hidup membiara atau jadi kaum klerus adalah hidup yang istimewa, mereka dipanggil untuk menjadi "Yang Paling" dekat dengan Kristus. Sebagian besar waktu mereka adalah waktu untuk Tuhan dan bersama Tuhan. Mereka memberi gambaran kepada dunia, rupa dan cara hidup para kudus di surga. Demikianlah spiritualitas dasar hidup para pembiara dan klerus (imam). Itu sebabnya mereka harus hidup dalam komunitas tertentu agar irama dan suasana dan nyala spiritualitas ini tetap terjaga. Pusat hidup mereka adalah doa dan terutama ekaristi, (dalam komunitasnya).
Ada yang menuntut agar para biarawan dan klerus harus lebih terlibat dalam kehidupan sosial umat, itu benar! Namun umat harus tahu bahwa pusat hidup mereka adalah doa, ekaristi dalam komunitasnya. Semakin jauh dia dari pusat itu, dapat meredupkan cahaya surga pada dirinya.
Ada yang menuntut agar para biarawan dan klerus harus lebih terlibat dalam kehidupan sosial umat, itu benar! Namun umat harus tahu bahwa pusat hidup mereka adalah doa, ekaristi dalam komunitasnya. Semakin jauh dia dari pusat itu, dapat meredupkan cahaya surga pada dirinya.
Para biarawan/ wati mengucapkan tiga janji setia
yang disebut KAUL :
a. Kaul Kemurnian : Tidak menikah. Mereka bersatu sampai akhir hayat dengan gereja.
Mempelainya adalah gereja dimana Roh Kudus tinggal di dalamnya. (Mat. 22.30)
b. Kaul Kesederhanaan / kemiskinan : tidak mengandalkan harta dan barang duniawi.
Tidak memiliki harta pribadi. Rendah hati untuk meminta kepada atasan bila
membutuhkan sesuatu. Bisa menahan diri untuk tidak menikmati apa yang dinikmati
dunia. (Mat. 10.10)
c. Kaul Ketaatan : Hanya taat kepada Allah lewat pimpinan biara. Mengabaikan egoisme
pribadi, meski merasa diri benar. (Meniru Ketaatan Abraham, Maria, & Yesus
Kristus)
Proses untuk mencapai pengucapan sumpah setia ini relatif lama, sekitar 6 - 8 tahun, bahkan bisa lebih dari itu. Selama proses itu para biarawan terus memurnikan panggilannya untuk menjadi kelompok "yang paling dekat" dengan Kristus. Tidak ada persaingan di dalamnya, kecuali semangat persaudaraan yang saling mendukung. Bahwa ada Biarawan atau calon Klerus yang kemudian keluar dari kehidupan biaranya, itu adalah pilihan bebas sebagai hasil dari semua proses pemurnian panggilan tersebut.
Yesus pernah berkata, banyak yang dipanggil sedikit yang dipilih. Matius 22:14. Sabda ini tidak boleh dipandang, bahnya Tuhan hanya akan memilih orang-orang tertentu yang sudah sejak awal ditakdirkan demikian. "Yang dipilih" adalah mereka yang mau dan siap dipilih. Jadi Sabda itu mau mengatakan BANYAK YANG DIPANGGIL, tapi SAYANGNYA banyak yang TIDAK MAU dan TIDAK SIAP DIPILIH.
Yang tidak mau, bisa karena banyak sekali faktor :
1. Menemukan pilihan hidup yang lain : ingin menjadi politisi, penguasaha, dll.
2. Jatuh cinta dengan seorang perempuan .
3. Semangatnya tidak banyak didukung keluarga atau orang sekitar.
4. Kehilangan semangat, gairah untuk tetap setia.
5. Konflik dalam komunitas.
Yesus pernah berkata, banyak yang dipanggil sedikit yang dipilih. Matius 22:14. Sabda ini tidak boleh dipandang, bahnya Tuhan hanya akan memilih orang-orang tertentu yang sudah sejak awal ditakdirkan demikian. "Yang dipilih" adalah mereka yang mau dan siap dipilih. Jadi Sabda itu mau mengatakan BANYAK YANG DIPANGGIL, tapi SAYANGNYA banyak yang TIDAK MAU dan TIDAK SIAP DIPILIH.
Yang tidak mau, bisa karena banyak sekali faktor :
1. Menemukan pilihan hidup yang lain : ingin menjadi politisi, penguasaha, dll.
2. Jatuh cinta dengan seorang perempuan .
3. Semangatnya tidak banyak didukung keluarga atau orang sekitar.
4. Kehilangan semangat, gairah untuk tetap setia.
5. Konflik dalam komunitas.
8.
Panggilan Karya / Profesi
Bekerja
adalah salah satu cara mempertanggungjawabkan hidup. Dengan bekerja manusia diserahi
tanggung jawab untuk membangun hidupnya sendiri, lingkungan sekitarnya dan tata
dunia.
Maka
ada beberapa makna dan tujuan bekerja:
a. Ekonomis : kerja untuk menghasilkan uang, membangun hidup yang lebih baik dan
sejahtera.
b. Sosial
: Dengan bekerja seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain, entah sebagai
rekan, patner bisnis atau melayani / menolong orang lain. Dengan bekerja
seseorang juga mendapat peran dan kedudukan tertentu dalam masyarakat.
c. Antropologis : ada orang bekerja sebagai aktualisasi diri, membuat dirinya bahagia
dan bangga pada dirinya sendiri.
d. Religius : bekerja adalah bentuk pelayanan/ pengabdian kepada Tuhan dalam bentuk
pelayanan terhadap sesama dan alam. Ini yang diserukan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam ensiklik Laborem Excercem (1981), bahwa kerja itu bukan hanya untuk mendapatkan harta dan kekayaan, melainkan sebagai bentuk pelayanan untuk kebaikan sesama.
Dasar Biblis :
a.
Kejadian 2:15, TUHAN Allah
mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan
dan memelihara taman itu.
b.
2 Tes 3 : 1 –
15,
Bekerja dan berdoa
c.
2 Tes 3.10, Jika seorang
tidak mau bekerja, janganlah ia makan.
d.
Kisah Rasul
20:35,
Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu
orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia
sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.
e.
Ams 10:4, Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi
tangan orang rajin menjadikan kaya
f.
Flp 2:14,
Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan.
Bagian Kedua
MEMPERJUANGKAN
NILAI-NILAI PENTING DALAM MASYARAKAT
Nilai-nilai Penting dalam Masyarakat yang
Diperjuangkan
(bukan hanya empat ini, namun ini
menjadi dasar nilai-nilai yang lainnya)
A. Keadilan: Adil berarti seimbang, tidak berat sebelah kecuali pada kebenaran.
Keadilan berarti memberikan tiap orang apa yang menjadi haknya. “Berikan kepada
Kaisar apa yang menjadi hak kaisar dan kepada Tuhan apa yang menjadi hak Tuma.”
Hak itu berasal dari kesepakatan. Namun keadilan dalam ajaran Kristen harus
keadilan plus cinta kasih (Matius 20: 1 – 16 : kisah seorang tuan yang memberi
upah satu dinar untuk semua pekerja meski beda-beda durasi waktu kerjanya)
B. Kedamaian: Shalom : kesejahteran
pribadi dan masyarakat. Damai dalam perjanjian baru adalah suasana hati yang
tenang tanpa permusuhan, mudah memberi maaf dan saling memaafkan (Matius
18:22). Damai terjadi karena memiliki hubungan yang bersih dan tulus kepada
Allah, diri sendiri, sesama dan alam.
C. Kebenaran: adalah keadaan yang sesungguhnya. Kel. 20:8, “Jangan bersaksi dusta
tentang sesamamu”. Ketika ditanya Pilatus tentang kebenaran (Yoh 18:38), Yesus
tidak menjawab tapi Pilatus langsung berkesimpulan Yesus tidak bersalah. Ini kebenaran
adalah pengakuan tentang suatu fakta pada dirinya sendiri, sebelum diolah oleh
pikiran dan formulasi kalimat yang diucapkan- (yg terakhir ini mengacu pada kejujuran)
D. Kejujuran: Mengakui sesuatu hal sesuatu
dengan kenyataannya, atau berkata dan bertindak sesuai hati nurani yang sejati.
Landasan untuk Memperjuangkan Nilai-nilai Penting
dalam Masyarakat.
Masyarakat
Indonesia hidup dalam lindungan hukum. Undang-undang Dasar 1945 adalah landasan
utamanya, dimana Pancasila menjadi nilai utama yang menjadi karakter bangsa.
Keadilan dijamin oleh UUD 45 pasal
33 dan 34 serta Pancasila sila ke 5. Gereja Katolik juga mengeluarkan ensiklik
Rerum Novarum tentang kesejahteraan para buruh, dan Populorum Progegresio
tentang keadilan dalam masyarakat untuk mengajatsi kesenjangan si kaya dan si
miskin.
Kedamaian : Naskah Proklamasi dengan
tegas mengatakan tentang pentingnya kedamaian yang ada dalam kemerdekaan tiap
bangsa dan menjadi hak tiap bangsa. Sepertu juga tercantum dalam pembukaan UUD
45. Yesus juga meninggalkan damai untuk umat manusia (Yoh. 14:27). Damai yang
dimaksud adalah damai seperti Kerajaan Allah – datanglah kerajaan-Mu, di atas
bumi seperti di dalam Surga- Damai dan kebahagiaan sejati.
Kebenaran : Kel. 20:8, “Jangan
bersaksi dusta tentang sesamamu.” Iman
Kristiani mengakui Yesus sebagai jalan – Kebenaran – hidup. (Yohanes 14: 6).
Hidup yang lurus adalah hidup yang diwajibkan Yesus untuk umat manusia.
Itupulah sebabnya nilai kebenaran ini sangat luas tersebar dalam kitab Suci.
Kejujuran : Kitab Hukum Pidana pasal
242 sangat terang melarang orang untuk bersaksi dusta dan bersumpa palsu.
Persis seperti yang dikatakan Kitab Keluaran 23. Tuhan Yesus juga berkata :
katakana ya kalau ya, katakana tidak kalau tidak. Selain dari pada itu berasal
dari si jahat (Matius 5:37) ( hal. 94 – 99)
Yesus Kristus Pejuang Keadilan, Kejujuran,
Kebenaran, dan Kedamaian.
Sikap
hidup Yesus sangat bercirikan banyak nilai-nilai utama yang patut ditiru.
Ketika
dihadapkan dengan seorang perempuan pezina (Yoh 8:2-12), Yesus tidak ragu untuk
membelanya karena melihat ada ketidakadilan disana, faktanya patner zinanya
tidak ikut diadili. Fakta bahwa penghukumnya melihat diri paling benar dan si
perempuan paling berdosa. Fakta bahwa perempuan itu adalah anak Allah yang juga
perlu dikasihi dengan tulus bukan untuk manfaatkan.
Dan
kebenaran adalah Yesus sendiri. Dia mengajarkan kasih, itulah hukum utama dari
semua hukum. Kasih itu membebaskan siapapun untuk menjadi manusia seutuhnya.
(hal. 116 – 120)
Indonesia masih butuh waktu yang panjang dan tokoh-tokoh yang banyak untuk memperjuangkan semua nilai di atas. Tokoh-tokoh itu haruslah kuat, berani mati. Marsinah, pejuang kaum buruh telah tewas dibunuh karena aksinya, 1993 di Sidoardjo - Jawa Timur. Munir Said Thalib, pejuang HAM yang juga dibunuh (2004) karena perjuangannya mengguggat para penculik aktifis mahasiswa 1996/1997.
Bagian Ketiga
MENGHORMATI
PLURALITAS BANGSA INDONESIA
Keberagaman sebagai Realitas Asali Kehidupan
Manusia.
Allah adalah maha cinta. Cinta tidak pernah bisa
ditahan sendiri. Maka butuh subjek lain untuk dapat berbagi. Itulah alasan alam
semesta dan manusia diciptakan, yakni karena CINTA. Cinta Allah sangat kreatif
(creative – cipta) sehingga terungkap dalam banyak rupa dan bentuk, maka
lahirlah berupa-rupa subjek di alam semesta. Demikianpula manusia terlahir
dalam banyak karakter pribadi dan budaya. Maka memang sejak awal penciptaan
manusia itu plural. Tidak mungkin satu dan sama.
Mengupayakan Perdamaian dan Persatuan Bangsa.
Berupa-rupa karakter alam semesta berasal dari satu
etintas ilahi, yang oleh masing-masing orang punya pengalaman masing-masing
tentang etintas ilahi tersebut. Etintas Ilahi disebut sebagai sumber segala
yang ada, dan tujuan segala yang ada. Dia adalah kekuatan yang melampui
kekuatan lain. Dia adalah sesuatu yang lebih dari padanya tidak dapat
dipikirkan lagi.
Nah, Dia yang melampui hal-hal duniawi ini berusaha
di tangkap dan disadari oleh nalar / sence manusia yang terbatas, lalu berusaha
diungkapkan dalam bahasa yang dapat dipahami dan dirasakannya.
Menyadari hal ini, maka tidak ada alasan bagi
timbulnya permusuhan tentang keyakinan akan Etintas Ilahi tersebut, apalagi
merasa diri paling benar dalam penafsiran, asalkan dasar dan pengungkapannya
adalah cinta sejati, dan berbuah baik.
Maka Gaudium Et Spes 23 – 32, menuntut Gereja untuk
saling menghormati martabat rohani tiap orang.
Kita semua dipangil untuk menjadi satu keluarga, maka mestilah ada cinta
di dalamnya.
Memahami
Kekhasan Agama-agama di Indonesia.
Agama : ajaran atau system yang berisi aturan ritual / hubungan manusia terhadap Allah, dan hubungan sosial, manusia terhadap sesama dan alam.
1.
Agama Islam
a. Sumber ajaran Kitab suci : Al-Quran
dan hadist : kumpulan sabda, ajaran dan kebiasan-kebiasaan Nabi Muhammad SAW.
b. Shadat : “Laa ilaha
illallah, Muhammadur Rasulullah : Tiada Tuhan selain Allah, dan Mummad
adalah utusan-Nya.
c. Menjalankan 5 Rukun Islam :
1. Mengucapkan 2 kalimat
syahadat.
2. Mendirikan shalat wajib lima
waktu.
3. Berpuasa pada bulan
Ramadhan.
4. Membayar Zakat.
5. Menunaikan ibadat haji bagi
mereka yang mampu.
2.
Agama Hindu
a. Hindu ->
Sanskerta ‘Sindhu’
b. Dalam satu
satu filsafat Hindu, Adwaita Wedanta dikatakan:
Tuhan itu Maha Esa tiada duanya. Namun
Hindu percaya juga pada dewa-dewi, yang kedudukannya tidak setinggi Tuhan atau
Brahman. Brahman disebut sebagai satu-satunya kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada , yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam
beragam bentuk.
c. 5 Kepercayaan Hindu (Pancasradha)
1. Widhi Tattwa –
percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya;
2. Atma Tattwa –
percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk;
3.
Karmaphala
Tattwa – percaya dengan adanya hukum
sebab-akibat dalam setiap perbuatan;
4. Punarbhawa Tattwa – percaya dengan adanya proses kelahirankembali (reinkarnasi);
5. Moksa Tattwa –
percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia.
d. Kitab Suci
: Weda, Upanishad, Tantra, Agama, Purana dan dua Itihasa (epos), yaitu Ramayana dan Mahabharata.
3.
Agama Budha
a. Pendiri : Siddharta Gautama.
b. Inti ajaran : Catur Arya Satya -> Empat
Kasunyatan atau Kebernaran Mulia.
1. Dukha-Satya : hidup adalah
penderitaan;
2. Samudaya-Satya : penderitaan disebabkan manusia memiliki keinginan dan
nafsu;
3. Nirodha-Satya : penderitaan dapat dilenyapkan (moksha) dan mencapai nirvana (kebahagiaan) dengan
membuang segala keinginan dan nafsu;
4. Marga-Satya : jalan dapat masuk ke dalam Nirvana adalah Delapan
Jalan Utama (asta-arya-marga)
c. Kitab :
Tripitaka
d. Tempat Ibadah : Vihara
4.
Kristen
Protestan
Pencetus : Protestantisme muncul
akibat reaksi Martin Luther yang tidak ditanggapi dengan baik oleh Vatikan
tahun 1517. Ada 95 dalil dalam suratnya yang menentang / protes terhadap aturan
Vatikan yang tidak bijaksana, misalnya menjual sakramen untuk pembangunan
gereja. Dan juga refleksi imannya sehingga tidak sesuai dengan ajaran iman
resmi gereja Vatikan, dan Ortodoks. Dia lalu diekskomunikasi. Ajarannya dianggap
sesat (heresi)
Tiga dasar teologis ajaran Martin Luther.
1. Sola Gratia : (gratia – grace – rahmat)
Hanya Rahmat Allah semata
yang dapat menyelamatkan manusia.
2. Sola Scriptura : (Scripura – scrip – naskah)
Hanya Kitab Suci sebagai
sumber ajaran iman yang menyelamatkan.
3. Sola Fide : (Fide – faith – iman) Hanya Imanlah yang membuat
seseorang bisa masuk surga.
Ciri Kristen Protestan :
1. Gereja diadakan oleh rahmat Tuhan, pilihan, sabda, Sakramen, dan anugerah
iman.
2. Kitab Suci adalah satu-satunya sumber ajaran dan susunan Gereja (sola
scriptura)
3. Pembenaran orang dari semula dampai selesai semata-mata rahmat ilahi (sola
gratia).
4. Sabda ilahi adalah satu-satunya sarana rahmat yang dapat berbentuk Alkitab,
khotbah, sakramen, dan pembicaraan rohani.
5. Imamat umum semua orang beriman saja yang diakui sehingga pendeta dan orang
awam hanya berbeda menurut fungsi saja tanpa perbedaan rohani secara
eksistensial.
Selain Martin Luther
sebenarnya sudah ada John Hus di Ceko / Bohemia (1369) – alirannya berkembang
menjadi gereja Calvinis sekarang ini.
Perbedaan Pokok Katolik dan Protestan
Katolik
|
Kristen
|
Tekanan
pada sakramen dan pada segi sakramen (tanda kelihatan) dari karya
Allah
|
Tekanan
pada sabda/pewartaan dari pada segi misteri karya keselamatan Allah
|
Kultis,
yang mementingkkan kurban (Ekaristi)
|
Profetis,
yang berpusat pada sabda (pewartaan)
|
Hubungan
dengan Gereja menentukan hubungan dengan Kristus
|
Hubungan
dengan Kristus menentukan hubungan dengan Gereja
|
Gereja secara hakiki bersifat hierarkis
|
Segala pelayanan gerejawi adalah ciptaan
manusia
|
Kitab
suci dibaca dan dipahami
di bawah pimpinan hierarki
|
Setiap
orang membaca dan mengartikan
Kitab Suci.
|
Jumlah
Kitab Suci 74, termasuk Deuterokanonika, yaitu 1-2 Makabe,
Kebijaksanaan, Tobit, Yudith dan Barukh
|
Jumlah
Kitab Suci 66, tidak termasuk Deuterokanonika
|
Ada 7
sakramen
|
Ada 2
sakramen: sakramen Baptis dan Ekaristi/Perjamuan
|
Ada
devosi kepada para kudus
|
Tidak menerima devosi kepada para kudus
|
6. Agama Konghucu
a. Agama Khonghucu adalah agama yang ada denganmengambil
nama Sang nabi KhongCu (Kongzi/Kong Fuzi) yang lahir pada tanggal 27 bulan 8
tahun 551 SM di negeri Lu (kini jazirah Shandong).
b. Tempat Ibadah :
Kelenteng
c.
Inti Ajaran : 4 Intisari ajaran Khong hu : ( Hal. 55 – 57)
I.
Delapan
Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui)
1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian);
2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie Die)
3. Sepenuh Iman menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming
Ming)
4. Sepenuh Iman percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui
Shen)
5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
6. Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu
Duo)
7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng
Qin Jing Shu)
8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)
II. Lima sifat Kekekalan (Wu Chang)
III. Lima Hubungan Sosial (Wu Lan):
IV.
5.
Li – Susila
6.
Yi – Bijaksana
7.
Lian – Suci Hati
8.
Chi – Tahu Malu
|
5.
Xiao – Laku Bakti
6.
Ti – Rendah Hati
7.
Zhong – Satya
8.
Xin – Dapat Dipercaya
Aliran
Kepercayaan / Agama-agama Asli Indonesia.
Ada
yang sudah terstruktur rapi dan memiliki kitab tertulis. Ada pula yang
diwariskan secara turun-temurun melalui tradisi lisan yang bahkan menjadi
budaya masyarakat setempat. Inti ajaran pada umumnya berciri alami, yakni
kesatuan yang akrab dengan alam semesta. Melihat kekuasaan tertinggi terwujud
dalam bentuk kuasa-kuasa alam yang kelihatan dan dialami.
Dialog Antar Umat Beragama dan Berkepercayaan Lain.
Dialog antara umat menuntut keterbukaan, kerendahan
hati dan pengetahuan yang baik.
Tujuan dialog 1) agar tiap pemeluk agama mengerti
dengan agamanya sendiri dan agama orang lain. 2) bukan untuk saling mencari
pemeluk agama baru, tidak untuk meyakinkan orang lain bahwa agamanya paling
benar dan yang lalin salah. 3) Dialog membuka kesalingpahaman, saling hormat
dan membuka kerja sama untuk kebaikan bersama.
Cara-cara
berdialog :
a. Dialog kehidupan sehari-hari : interaksi antara pemeluk agama dalam aneka
kegiatan bermasyarakat.Saling memberi salam ketika ada perayaan keagamaan, saling tegur sapa.
b. Dialog formal : dalam rapat-rapat untuk mencari kesamaan visi, atau dalam rangka
mengajak persatuan bangsa.
c. Dialog teologis : berkumpul bersama untuk saling tukar informasi tentang ajaran iman
masing-masing agama agar saling mengerti dan melihat kebenaran dalam tiap-taiap
agama.
d. Dialog doa / iman: berkumpul bersama untuk berdoa dalam suatu ujud, misalnya untuk
proses pemilu yang lancar, atau di lingkungan untuk keselamatan pengantin baru.
Bagian Keempat
PERSAUDARAAN SEJATI
9. Membangun Persaudaraan
Sejati melalui Kerja Sama antar Umat Beragama dan Kepercayaan.
10. Membangun Bangsa dan Negara
yang Dikehendaki Tuhan.
11. Tantangan dan Peluang Umat
Membangun Bangsa dan Negara seperti yang Dikehendaki Tuhan.
12. Dasar Keterpanggilan Gereja
dalam Membangun Bangsa dan Negara.
Jelaskan perhatian khusus Dan Serius perhatian gereja terhadap keluarga didalam gereja ya
ReplyDeletesemester 2 nya ?
ReplyDeleteTERIMA KASIH UNTUK POSTINGAN INI. SAYA BUKAN GURU AGAMA, TAPI DI SEKOLAH TEMPAT SAYA MENGAJAR BELUM ADA GURU AGAMA KATOLIK JADI SAYA DENGAN SENANG MEMBANTU MEREKA WALAUPUN MENCARI SUMBER DARI BERBAGAI SUMBER. TAK ADA ROTAN AKAR PUN JADI. THANKS SO MUCH.
ReplyDelete