Mengapa Natal tgl. 25 Desember?


Kelahiran Yesus Kristus sebenarnya bisa ditelusuri waktu tepatnya. Lukas menulis bahwa kejadian itu terjadi pada masa Kaisar Romawi, Agustus dan Siria dipimpinan oleh gubernur Kirenus. Kaisar Agustus memerintah sejak tahun 27 SM (Sebelum Masehi) sampai tahun 14 M. Kirenius menjabat sejak tahun 6 SM sampai tahun 4 SM. Dan diduga Kristus lahir tahun 4 SM. Waktu Herodes membunuh anak-anak di Betlehem, Yoseph membawa anak dan istrinya ke Mesir, lalu kembali lagi ke Kanaan setelah Herodes meninggal. Herodes wafat tahun 4 SM.  Namun belakangan, tahun kelahiran Yesus disebut tahun 1 M. Berpatok pada Kaisar Tiberius di lukas 3: 1- 2. Sehingga SM dan M sering pula disebut, tahun sebelum Kristus dan tahun setelah Kristus.

Tapi tentang bulan dan dan tanggal, itu yang tampaknya yang sulit dipastikan. Pernah seorang perempuan mantan anggota gereja mengejek perayaan Natal sebagai perayaan agama kafir, bukan asli perayaan gereja.

Memang pada umat Gereja Perdana, perayaan Natal itu tidak ada. Sebab merayakan ulang tahun adalah kebiasaan para raja kafir. Yang dirayakan adalah peristiwa wafat dan kebangkitan Yesus Kristus, yang pas bersamaan dengan perayaan Paskah Yahudi.Inti pewartaa para Rasul juga berpusat pada wafat dan kebangkitan-Nya.

Namun lama-lama muncul pendapat bahwa kalau Yesus pernah wafat berarti juga dia pernah lahir. Begitulah seharusnya bila sungguh diakui bahwa Yesus adalah 100% manusia, mestilah dia juga pernah dilahirkan. Maka muncullah ide perayaan Natal. Si perempuan mantan anggota jemaat itu salah! Sebab Natal adalah perayaan ulang tahun Yesus Kristus. Dan perayaan itu sudah dimulai sekitar tahun 200 M di Mesir. Tapi tanggalnya tidak tentu, sekitar bulan April – Juni. 

Tapi tentang tgl. 25 Desember, perempuan itu benar. Itu adalah tanggal pesta penghormatan agama Romawi. Tapi so what? 

Tgl. 25 Desember adalah pesta besar kekaisaran Romawi untuk menghormati Dewa Matahari, SOLI DEO (solar invicti – surya tak terkalahkan) Di tengah-tengah musim dingin dan bersalju, pada tanggal itu biasanya matahari besinar cerah. Nah, karena Kristus juga disebut sebagai Matahari Agung, dan agar orang-orang romawi yang dibabtis tidak serta merta terlepas dari tradisi maka pesta 25 Desember itu dipakai untuk menghormati Yesus Kristus. Perayaan-perayaan ini penting untuk mengingat bahwa Kristus sungguh Manusia, dia memiliki sejarah, biografi.

Kaisar Roma Kristen pertama Konstantinus I (350 M) dan didukung oleh Paus Julius I kemudian menetapkan agar tgl. 25 Desember itu dirayakan secara luas, tetap untuk menghormati Dewa Matahari, yang sudah diketahui namanya yakni YESUS KRISTUS. Metode katekese ini juga pernah dipakai Paulus di Atena, agar ajaran Kristiani gampang diterima oleh orang Atena (Kis 17: 22 dst).
Tapi benarkah memang tgl. 25 Desember terinspirasi oleh perayaan orang Romawi kuno? 

Namun 25 Desember sebenarnya sudah dirayakan jauh sebelum Konstatin. Sextus Julius Africanus, seorang sejarawan Kristen berkebangsaan Roma, menemukan pada tahun 221 M, bahwa umat Kristen sudah merayakan kelahiran Yesus pada tanggl 25 Desember. Yang lebih tua dari Natal 25 Desember adalah perayaan Maria menerima Khabar Suka Cita, 25 Maret.  Nah,  dari 25 Maret kita hitung Maria mengandung 9 bulan hingga bulan Desember. 

Ada pula fakta sejarah yang mengatakan bahwa Paus Telesporus sudah merayakan natal 25 Desember sejak tahun 125 M. Uskup Thofilus di Kaesarea juga sudah merayakan natal sejak 160. Dan gereja secara resmi menetapkan 25 Desember tahun 189 M. Sedangkan Roma menetapkan 25 Desember sebagai hari Dewa Matahahari sejak tahun 274. (Maka boleh jadi Kaisar Roma yang meng-copy 25 Desember).  Intinya di Roma ada dua perayaan pada tanggal yang sama, 25 sebagai Natal bagi orang Nasrani, dan 25 Desember sebagai perayaan Dewa Matahari. Barangkali niat Romawi mengambil 25 Desember adalah untuk membingungkan atau mengejek atau mengalihkan perhatian orang Kristen dari Yesus Kristus, ingat kita pada kekejaman Nero yang menyiksa orang-orang Kristen.  

Ketika Konstantinus menjadi Kaisar dan dibabtis, ia lalu menyatukan dua perbedaan perayaan itu, dan menerima 25 Desember sebagai (tetap) Hari Raya Dewa Matahari, yang kini bernama Yesus Kristus. Suatu penyelesaian yang luar biasa dan bijak. 

Jauh setelah Konstatin mengumumkan 25 Desember dirayakan sebagai Natal Kristus, tiba-tiba seorang teolog Jerman, Paul Ernest Jablosnki (1693-1757) yang membalikan asal usul natal. Menurutnya 25 Desember sebagai Hari Dewa Matahari duluan ada dibanding 25 Desember sebagai Hari Natal Yesus Kristus. Meski sudah lama dibantah, pendapat kelirunya ini tetap melayang-layang hingga saat ini. 

Namun andaikan Anda malas menjelaskan fakta-fakta panjang di atas tentang 25 Desember yang sudah dirayakan sejak abad ke dua, ya ga masalah juga untuk menerima bahwa 25 Desember adalah perayaan Dewa Matahari yang diubah menjadi Natal Kristus, memang itu fakta yang dibuat oleh Konstantin. Lalu so what, bukankah kita bangga bahwa di Roma telah terjadi konversi nasional, termasuk hari raya Dewanya pun menjadi hari raya Tuhan. Tidak ada masalah dengan itu, justru membanggakan. Kan tidak ada yang salah jika penjara, tempat angker, rumah bordir kemudian diubah menjadi tempat ibadah. 

Kesimpulan: 
1. 25 Desember sebagai Hari Natal Yesus sudah ada terlebih dahulu  (munkin lebih tua dari tahun 120 M)
2. lalu orang Roma membuat perayaan tandingan, 25 Desember sebagai Hari Dewa Matahari (sejak 247 M)
3. Kemudian Kaisar Konstantin menyatukan dua perayaan tersebut, dan mengkonversi Dewa Matahari menjadi Sang Matahari Sejati : Yesus Kristus. 

Moga bermanfaat.

Comments

Popular posts from this blog

AGAMA KATOLIK kelas 12 Sems 1.

Materi AGAMA KATOLIK Sem. 1 kelas 10.

Agama Katolik SMA XI Sem 2