kajian Sosiologi X sems 1



Sejarah Sosiologi
1.      Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan antar manusia, memahami pelbagai interaksinya, sifat dan tujuan hidup bersama, cara terbentuk dan cara tumbuh suatu masyarakat dan kelompok-kelompok (perserikatannya).
2.      Sosiologi Klasik. Zaman dulu ilmu sosiologi bersatu dalam filsafat sosial. Isinya adalah etika hidup sosial, yakni ajaran atau panduan bagaimana seharusnya (das solen) masyarakat itu. Maka muncullah tokoh-tokoh moral atau etika seperti : Plato (423-347 SM), Aristoteles (384-322SM), kemudian muncul tokoh Thomas Hobes, John Locke, Jaque Rousseau, pada awal abad pertengan (14 – 17). Maka sosiologi adalah teori sosial.
3.     Awal abad 18, ketika muncul  revolusi industri di Inggris dan sosia di Prancis, banyak orang-orang kaya baru, namun juga makin banyak juga orang-orang miskin. Jarak miskin kaya makin lebar. Situasi ini membuat pertanyaan besar bagi Auguste Comte (1798-1857). Mengapa gejala sosial itu terjadi? Auguste mulai melakukan penelitian ilmiah tentang persoalan itu. Kajian itu dia bukukan : Positive philosphy (1838). Dalamnya dia sebut ilmu kajian sosial itu sebagai    Sosiologi, yakni pengetahuan tentang masyarakat. Comte-lah yang memulai melakukan kajian ilmiah terhadap masalah-masalah sosial, sehingga membuat analisa sosial, bahwa prilaku atau gejala sosial dapat diukur secara ilmiah, sehingga bisa dibentuk atau diprediksi. Dia pantas disebut sebagai Bapak Sosiologi.
4.       Terjadi perubahan sosial besar-besaran pada era revolusi industri. Situasi ini dikaji oleh Friedrich Enggels dan Karl Marx, sehingga muncullah teori determinisme ekonomi (yg kemudian dikembangkan menjadi semacam ajaran komunisme oleh pengikutnya).  Herbert Spencer juga menganalisa hal yg sama, dan menemukan perubahan sosial, struktur dan kondisinya.
5.      Sejauh itu sosiologi walau sudah menjadi ilmu yang berdiri sendiri, tetapi tetap dipengaruhi oleh aliran fisafat yang sangat kuat masa itu.
6.      Emile Durkheim tiba-tiba melepaskan dugaan-dugaan filsafat, lalu memakai data yang aktual. Dia melakukan penelitian ilmiah tentang hubungan antara angka bunuh diri dengan faktor agama dan  status perkawinan. Kajiannya ini membuat sosiologi  dipercaya punya cara gerak sendiri, dan terlepas dari filsafat.
7.      Pada masa itu muncul tiga cara pandang  baru tentang sosiologi:
a.      Disfusionisme : perubahan sosial terjadi karena suatu masyarakat menyerap berbagai ciri budaya dari masyarakat lain. (Misalnya, gaya bicara anak muda Bandung terpengaruh dengan gaya bicara anak muda Jakarta – lu-gue).
b.      Fungsionalisme : masyarakat itu adalah jaringan institusi, seperti perkawinan, agama, kantor. Sehingga perubahan suatu institusi dapat mempengaruhi institusi lain. (Misalnya, seorang ayah, adalah juga seorang tentara, dan juga seorang guru. Ketika sebagai tentara dia ditugaskan ke tempat lain, maka dia meninggalkan keluarganya, dan akan ada perubahan di sekolah tempatnya mengajar).
c.       Stukturalisme : struktur sosial adalah yang mempengaruhi masyarakat. Peran dan status sosial menentukan tingkah laku sosial. (tingkah laku, seorang tuan tentu beda dengan pembantunya.  Seorang direktur perusahan tentu punya relasi yang berbeda dengan seorang guru).
8.      Kajian ilmu sosiologi di Indonesia ditemukan dalam buku tua wulah Reh, karya Sri Paduka Mangkunegero IV dari Surakarta yang mengajarkan tata hubugan antara anggota masyarakat Jawa yang berasalah dari beragam golongan.
9.      Demikian juga Ki Hajar Dewantara menyumbangkan konsep mengenai kepemimpinan dan kekeluargaan.
10.  Ilmu Sosiologi berkembang pesat setelah kemerdekaan Indonesia, terutama setelah Prof. Mr. Soenario Kolopaking mengajarkan sosiologi di UGM Yogyakarta 1948. Muncul pula beberapa bahkan banyak buku sosiologi yang khas Indonesia.
Objek Kajian Sosiologi
11.  Sejak Emile Durkheim : sosiologi tidak melulu merupakan hipotesa, dugaan-dugaan, firasat atau coba-coba atau teori-teori filsafat. Emile Durkheim mendasarkan kajiannya pada fakta atau realitas sosial. Jadi sosiologi itu mempelajari masyarakat dan prilaku manusia dan kelompok yang dibangunnya. 
12.  Max Weber bilang bahwa sosiologi adalah ilmu yang mengkaji/ mempelajari pola hubungan  antara induvidu dan kelompoknya / masyarakat (interaksi sosial).
13.  Nah, interaksi sosial itu dapat menyebabkan perubahan dalam masyarakat (misalnya, pertemuan antara nelayan dan petani, lalu ada barteran barang, yang petani ingin makan ikan, yang nelayan ingin makan nasi. Lalu terjadi pola dagang. Dan muncullah pedagang yg bukan nelayan dan juga bukan petani). Peroses perubahan sosial ini adalah juga bahan kajian sosiologi.
14.  Piritim A. Sorotin kemudian merumuskan bahan kajian sosiologi dalam tiga aspek:
a.      Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejal-gejala sosial, misalnya gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, dll.
b.      Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, geografis dengan mata pencaharian, biologis dengan relasi sosial.
c.       Ciri-ciri umum dari semua jenis gejala sosial.
15.  Hasan Shadily bilang cakupan kajian sosiologi adalah mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, menyelidiki ikatan-ikatan antarmanusia, cara mereka hidup bersama, tujuan dan perubahan-perubahan dalam perserikatan, apa yang ada dalam kepercayaan dan keyakinan mereka. Sosiologi juga dapat mengkaji ilmu biologi dan psikologi, misalnya dorongan rasa lapar, takut, seksual yang juga berdampak pada relasi sosial.
16.  Dari objek-objek kajian itu, maka para sosiolog memetakan ilmu kajiannya :
a.      Krimonolog : ilmu yg mengkaji tindak kriminal, sebab dan cara pencegahannya.
b.      Demografi : kajian tentang bentuk, komposisi dan persebaran populasi manusia.
c.       Ekologi manusia : mengkaji tentang struktur lingkungan perkotaan, pola-pola penempatan dan pertumbuhan penduduknya.
d.      Sosiolinguistik : mengkaji cara manusia menggunakan bahasa.
e.      Dll.
Sosiologi berfungsi Mengkaji Realitas Sosial.
17.  Sosiologi memberikan sumbangan analisa yang akurat dan objektif tentang situasi sosial (=realitas sosial) suatu masyarakat. Hasil penelitian sosiologi bisa saja dipakai oleh pemerintah atau pihak lain untuk menyelesaikan persoalan masyarakat tersebut. Misalnya, sosiologi meneliti mengapa suatu masyarakat tidak berkembang perekonomiannya padahal sumber daya alamnya melimpah?
18.  Realitas sosial menurut Emile Durkheim adalah fakta sosial, yakni : cara-cara bertindak, berpikir dan berperasaan yang berasal dari luar induvidu, dan itu bersifat memaksa dan mengendalikan induvidu (tanpa bisa dilawan).
19.  Faktas sosial itu bisa berupa hukum, moral, kepercayaan, adat-istiadat, cara berpakaian, aturan ekonomi dalam masyarakat.  Misalnya, mengapa suatu masyarakat terkenal sebagai masyarakat yang jago seni pahat? Kenapa? Ternyata struktur rumah mereka harus ada lukisan pahat. Seni pahat menjadi tradisi, dan kewajiban bagi anak laki-laki untuk memasuki masa remaja.
20.  Soerjono Soekanto (1982) menyebutkan enam realitas sosial yang menyusun suatu masyarakat.
1.      Interaksi sosial : hubungan antara pribadi, pribadi dengan masyarakat atau lingkungannya.
2.      Kebudayaan : Tradisi adalah produk budaya yang mengatur prilaku induvidu dan masyarakatnya. Misalnya, cara orang saling menghormati, bagaimana proses pernikahan, dll.
3.      Nilai dan Norma Sosial :  Tiap induvidu dan masyarakat hidup berdasarkan kaidah, atau norma-norma sosial (masyarakat). Norma itu itu adalah prinsip-prinsip, patokan-patokan, atau anggapan-anggapan atau keyakinan dalam suatu masyarakat. Misalnya anggapan bahwa tidak sopan dan tabu perempuan bermain ke rumah laki-laki, seharusnya adalah laki-laki ke rumah perempuan.
4.      Stratafikasi sosial : kelas sosial sangat berpengaruh terhadap relasi sosial dan bagaimana mereka hidup. Kita sudah terbiasa untuk menghormati orang lebih tua. Menghormati orang karena jabatannya. Di masyarakat juga ada kelas bangsawan (pryai) dan rakyat jelata. Kalau sakit; kelas sosial mana yang masuk puskesmas dan RSUD kelas 3 dan kelas mana yang masuk RS Baromeus kelas 2-1? Perlakuan yang diterima oleh kelas-kelas sosial itu juga pasti berbeda.
5.      Status dan peran sosial : dalam masyarakat cara kita hidup dan bersikap ditentukan juga oleh peran / tugas sosial yang kita ambil. Pelajar pasti beda cara lakunya dengan guru. Guru pasti beda cara lakunya dengan sopir. Sopir bus AC luar kota beda juga cara lakunya dengan sopir angkot.
6.      Perubahan sosial : masyarakat selalu dinamis. Situasi Indonesia di tahun 1945, 1966, beda dengan tahun 2015. Suasana di wilayah Kopo ini bedang dengan suasana 20 tahun lalu sebelum perumahan Kopo ada.  Kehadiran perumahan Kopo yang niaga mempengerahui pola hidup masyarakat sekitar yang dulunya adalah petani.
21. 
Misalnya :
Perubahan sosial membawa kemajuan ekonomi yg mengubah  status sosial. Ketika makin kaya, pola interaksinya pun berubah, kawan sepergaulannya berubah. Budaya mereka pun berubah. Mereka punya etiket dan norma sendiri. Maka dia dan teman2nya dikelompokan kelas eksekutif dlm stratas sosial.
Keenam realitas sosial tersebut saling mempengaruhi sehingga menciptakan kondisi sosial tertentu.
Berikut skemanya :













Fenomena Masyarakat Sebagai Sumber Data Penelitian Sosiologi
22.   Fenomena (gejala) Sosial : fakta-fakta sosial dalam masyarakat, misalnya : kemiskinan, kenakalan remaja, pengangguran, konflik sosial, korupsi, penyalahgunaan narkotika, dll.
23.   Fakta-fakta sosial tersebut perlu dikaji atau dipelajari agar kita dapat memahami apa persoalan dasarnya, atau sebab utamanya, apa pula akibat-akibatnya.
24.  Agar kajian atau studi sosial itu berhasil mendapat data-data yang objektif maka kita butuh beberapa keterampilan berikut :
a.      Keterampilan mengkaji : kita harus mampu mengumpulkan informasi entah lewat buku-buku, atau narasumber lisan. Dapat juga memilah data mana yang perlu dan mana yang tidak perlu.
b.      Keterampilan intelektual : kemampuan untuk menganalisa suatu data, dapat menghubungkan data yang satu dengan data yang lainnya.
c.       Keterampilan kerja kelompok (Team Work) : keakuratan data, efisiensi kerja akan mudah tercapai bila dikerjakan dalam kelompok. Namun butuh kemampuan mental untuk dapat bekerja sama dengan baik.
d.      Keterampilan sosial : banyak data tentang fakta sosial diperoleh dengan cara turun langsung ke lapangan yang dikaji. Maka kita harus dapat berinteraksi dengan baik dan tepat terhadap masyarakat terutama yang menjadi sumber informasi.
25.  Pertanyaan : sebelum turun ke lapangan, kita sudah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu kita mendapatkan data atau informasi yang diperlukan. Ada dua model pertanyaan :
a.      Dicovery method : kita mengajukan pertanyaan terbuka, sehingga jawabannya bisa banyak, dan kita harus pandai untuk menemukan sendiri jawaban yang kita butuhkan. Suatu masyarakat sering sakit-sakitan. Dan ingin cari tahu pola minum air mereka. Pertanyaannya : “Bagaimana dengan air di masyarakat?” Jawaban bisa sangat banyak, mungkin tentang jumlah minum air, mungkin tentang sumber mata air, mungkin tentang sumur, mungkin tentang kualitas air, dll.
b.      Inquiry method : Pertanyaan tertutup, kita mengarahkan nara sumber untuk menjawab langsung pada data yang kita butuhkan. Misalnya kita ingin tahu, berapa banyak masyarakat tersebut minum dalam sehari. Pertanyaannya :”Bapak sendiri berapa gelas sehari biasanya minum?” Jawaban yang ideal adalah miniman delapan gelas, kurang dari itu berarti bermasalah, jika lebih berarti bukan di situ masalahnya.
26.  Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, kita mendapatkan data sosiologis yang diperlukan dalam dua bentuk :
a.      Data Kualitatif : yakni data yang tidak dapat diukur dengan angka pasti atau tidak membutuhkan angka. Misalnya, misalnya membandingkan cara hidup orang Jawa di jaman kerajaan dan Negara. Apa saja yang beda? Data yang didapat misalnya, pertanian dulu lebih maju karena lahan lebih subur, tidak ada pupuk kimia.  Data itu sah, dan tidak membutuhkan angka.
Data Kualitatis : dapat diperoleh dengan empat penelitian berikut :
1.      Penelitian Historis : mengkaji peristiwa-peristiwa masa lampau untuk mendapat jawaban tentang fakta sosial yang terjadi masa sekarang. Misalnya, fakta sosial sekarang ini, mengapa orang sangat bernafsu mendapat kedudukan jabatan? Ditemukan dalam sejarah, rupanya bangsa kita telah lama jadi bangsa kerajaan yang sangat raja, atau tetua kerajaan. Kaum penjajah pun sangat dihormati sebagai yang terhomat, ditakuti. Nah, dalam masyarakat menghormati terjajah. Nah, menjadi orang yang dihormati adalah kerinduan, dan kehormatan itu bisa diraih dengan mudah lewat jawabatan publik.
2.      Penelitian Komparatif : melakukan perbandingan dua objek yang dikaji, untuk mendapatkan kesamaan atau perbedaan. Misalnya, ditemukan bahwa rumah orang Toraja dan rumah orang Minang, memiliki kemiripan. Lalu dikaji lebih dalam dari mana asal-usul kedua suku yang berjauhan tersebut?
3.      Studi kasus : Melakukan penelitian terhadap fenomena dalam masyarakat. Misalnya, mencari tahu jawaban, mengapa di jalan setiap perumahan selalu terdapat polisi tidur, padahal itu mengganggu penghuni perumahan sendiri.
4.      Penelitian historis-komparatif : mengkaji data sejarah atau peristiwa masa lampu dengan kejadian masa sekarang. Misalnya, untuk mendapatkan jawaban bagaimana fungsi legislatif masa Orde Baru dan Orde Reformasi? Atau bisakah orang zaman sekarang kembali menjadikan ubi dan jagung sebagai makanan pokok?

b.      Data kuantitatif : Data yang bisa diukur dengan angka pasti. Data dapat berupa skala, indeks (daftar), formula (rumus), tabel-tabel atau statistik.
Misalnya kita meneliti : Skala : dari angka 1 – 10, angka berapa kalian menyukai pelajaran Sosiologi? Indeks : angka 3, empat orang, angka 6 : delapan orang. Angka 10, 15 orang.  Formula : jadi berapa persen yang sangat suka? (Yang suka X 100)/ jumlah siswa sekelas. = (15x100)/ 24 = 62.5%. 
Data-data kuantitatif dapat diperoleh dengan cara menyebarkan angket atau jajak pendapat (angket)
27.  Data kualitatif dan kuantitatif saling mendukung. Jadi dalam satu kasus penelitian kita bisa mendapatkan dua data tersebut sekaligus, sehingga hasil penelitian menjadi sangat objektif dan dapat dipakai untuk menyelesaikan suatu masalah.  Misalnya, dari 62.5 % dan 47.5% yang tidak suka pelajaran Sosiologi, kita dapat melakukan komparatif atas kedua kelompok tersebut. Dari dua kelompok tersebut kita temukan jawaban yang kualitatif, mengapa mereka suka atau tidak suka, misalnya minat siswa terhadap Pkn, daya tarik materi, cara guru mengajar,  kualitas buku pelajaran. Atau data kuantitatif : jumlah buku yang terbatas, durasi waktu belajar yang pendek, dll.

###

Comments

  1. Mas, mau tanya nih...
    Itu soerjono soekanto membagi enam realitas sosial, ada d buku apa?? Lg nyari bukunya nih...
    Terimakasih mas...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

AGAMA KATOLIK kelas 12 Sems 1.

Materi AGAMA KATOLIK Sem. 1 kelas 10.

Agama Katolik SMA XI Sem 2