DERITA, RENCANA ALLAH ATAU BUKAN?

Derita, Rencana Allah atau bukan?



Penderitaan dan Penyaliban Yesus apakah kehendak Allah? 
Tetangga duduk saya sedang memperdebatkan itu. Tapi aku iki guru PKn; sila pertama Pancasila tidak membicarakan soal itu, kecuali Tuhan itu Satu, dan orang Indonesai harus percaya pada keyakinan itu. Soal agama dan ajarannya itu urusan masing-masing pribadi. Percaya pada Allah dan hidup sebagai manusia yang adil dan beradab, itulah yang dikehendaki Tuhan dan negara.

Tapi coba kita berasumsi tentang peristiwa itu. 
Jika penderitaan dan Penyaliban, hingga kematian Yesus, adalah itu kehendak Allah.
Berarti, tindakan Yudas yang menjual Yesus, Petrus yang mengkhianti Yesus, Pilatus yang lepas tangan pada cara penghakiman Yesus, tua-tua Yahudi termasuk para imamnya yang menjatuhkan hukuman mati pada Yesus, BENAR karena sudah diatur perannya oleh ALLAH sang SKENARIO AGUNG.

Atau Kalau mereka disalahkan, padahal mereka hanya menjalankan peran yang diterima menurut rencana / skenario ALLAH, wah apes benar nasib mereka. Apakah hidup ini untung-untungan? Bila Allah memilih seseorang untuk mengambil peran antagonis, berarti siallah hidupnya. Untung-untungan bila Allah memberikan peran protagonis, semua tingkah lakunya kudus dan suci.
Pilihan ini sulit dinilai dari sisi moral. Sebab moral mengandaikan adanya kebebasan manusia dalam menentukan apa yang dipikirkan, dirasakan, dikatakan atau dilakukannya. Tidak ada moral tanpa kebebasan. Yudas jelas tidak bisa dituntut tanggungjawab moral, sebab dia hanya ALAT untuk menjalankan peran antagonis. Seharusnya setelah opera selesai, semua aktor dibenarkan! Mereka mendapat piala oscar karena berperan sangat baik dalam kisah sengsara Yesus. Tapi koq, Yesus meminta pengampunan untuk mereka. Berarti mereka itu bukan saja bersalah tapi telah berdosa. Dosa berarti melakukan dengan penuh kesadaran, dan kebebasan tindakan yang salah secara moral.

Ungkapan permohonan maaf dari YESUS bagi mereka adalah jawaban, bahwa kematianNya bukan skenario ALLAH. Dia disalibkan karena rencana yang bebas dari tua-tua agama Yahudi. Imam kepala, Kayafas bahkan melihat kematian Yesus tidak bermuatan teologis, tapi politis, Yesus menjadi korban untuk menyogok otoritas Romawi, bahwa mereka masih setia koq pada Romawi, dan tidak membiarkan adanya rencana-rencana pemberontakan. "Lebih baik satu orang mati demi seluruh bangsa," begitu katanya. Kebetulan salah satu isu yang dihembuskan adalah Yesus akan seperti Yudas Si Pemberontak dari Galilea (6M). Kebetulan pula keduanya sama-sama dari Galilea. Padahal tua-tua kepala merasa wibawa mereka terganggu oleh kuasa ajaib dalam diri Yesus. Latar belakang dan intriknya rumit memang. Kerumitan itu, diatur alurnya dengan penuh kesadaran oleh tua-tua kepala.

Rencana ALLAH adalah YESUS DATANG UNTUK MENYELAMATKAN, DAN MENEBUS MANUSIA. Tidak harus dengan jalan kematian, tidak wajib menderita. 
Itu sebabnya Yesus, pada malam sebelum disalibkan, mengadakan tawar menawar dengan ALLAH, kalau boleh peristiwa besok jangan sampai terjadi. 

Tapi ALLAH tidak mengeluarkan Yesus dari situasi pelik itu, Yesus hanya diberi kekuatan, ketegaran untuk menghadapinya. Peristiwa penyaliban adalah RESIKO yang harus diterima ketika Yesus menjalankan misi cinta kasih ALLAH, dan konsekuensi dari kodratnya yang adalah MANUSIA 100%. Manusia mesti mati. 
Selain itu, peristiwa besok itu memuat kemuliaan yang tiada duanya, dan rupanya kemuliaan itu hanya menjadi sangat LUAR BIASA justru karena kematianNya yang luar biasa. Selain itu, sebelumnya pun Ia pernah bersabda, "Tiada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang sahabat yang rela menyerahkan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (Yoh 15.13).  Itu hikmah dari peristiwa penyaliban besok. Maka YESUS menerimanya. 

YUDAS bersalah? Iya tentu saja. 
Petrus bersalah? Betul bersalah. 
Pilatus bersalah? Iya pasti. 
Tua-tua agama? Ahli taurat? Iya mereka semua bersalah. 
Mereka bertindak menurut kesadarannya sendiri. Yudas kecewa pada Yesus yang tidak sesuai dengan harapannya, agar Dia menjadi seorang Jendral besar pasukan Yahudi melawan orang Roma. 
Petrus ketakutan, sehingga membohongi pengawal bahwa dia tidak kenal Yesus Kristus yang saat itu sedang dihukum. 
Pilatus, punya kuasa membebaskan tapi tidak memakainya untuk menyelamatkan orang yang dia katakan sendiri "tidak bersalah."
Tua-tua agama, ahli taurat menaruh dendam pada Yesus yang sangat berwibawa, punya otoritas mengajar yang luar biasa. Lebih lagi ketika Dia berkali-kali dituduh melanggar hari sabat, mengaku diri anak Allah, bahkan mengusir orang yang sedang jualan di rumah ibadah, "hei, siapa elo?" 

Yang mungkin tidak bersalah adalah para prajurit; mereka hanya menjalankan tugas sebagai prajurit. Prajurit yang baik adalah yang mengikuti perintah komandannya. Tapi.... mereka memang prajurit yang baik namun bukan manusia yang baik. Manusia tetap punya pertimbangkan akal sehat dan rasa sehat : baik-buruk, bukan cuma untung-rugi. 

Tapi dengan keihklasan luar biasa Yesus berkata : Ya Bapa Ampunilah Mereka, sebab Mereka tidak Tahu apa yang mereka perbuat. 
Jadi pada akhirnyanya semua yang bersalah itu, termasuk Yudas, dimasukan dalam proposal oleh Yesus untuk diampuni. Pengampunan itu dalam wujud PROPOSAL. Sayangnya Yudas tidak menerimanya, dia dikurung oleh rasa bersalah yang amat dalam sehingga bunuh diri. Sebaliknya Petrus, kembali kepada Yesus meminta pengampunan, menyatukan komunitas kecilnya, memberikan hidupnya pada Kristus sehingga juga mati disalibkan sebagai konsekuensi pilihan hidupnya, bangkit dan berbakti. 

RENCANA ALLAH adalah HIDUP KITA BAHAGIA!
Penderitaan? Itu adalah resiko yang harus kita terima untuk mencapai KEBAHAGIAAN. 
Sakit dan kematian? Itu adalah resiko yang kita terima sebagai manusia, makhluk yang diciptakan, kita rapuh dan tidak abadi. 
 
Apakah Yudas Iskariot punya jasa besar dalam sejarah keselamatan. Tanpa Yudas, tidak ada penyaliban, tidak ada keselamatan. Betul?

TIDAK BETUL!
Yudas tidak ada jasanya. Malah merusak. Kita tidak pernah tahu rencana Allah bagaimana caranya menyelamatkan manusia. Usia karya Yesus hanya 3 tahun. Jika Yesus tidak disalibkan lebih awal, ada banyak hal yang pasti bisa dilakukanNya. Di awal sudah dikatakan, bahwa menyelamatkan manusia tidak harus lewat kematian yang mengerikan itu. 
Kalaupun harus lewat penyaliban, ide itu tidak dari Yudas. Tapi dari orang-orang Yahudi kalangan Bait Allah. Yudas hanya menggunakan moment saja untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, sang oportunis yang kalah melawan suara hatinya sendiri. 

Tanpa Yudas peristiwa itu tetap akan terjadi. Para imam kepala dan tua-tua Yahudi waktu itu sedang berkumpul di rumah Imam Besar Kayafas untuk menyusun rencana penangkapan Yesus untuk membunuhnya. Mereka sepakat untuk tidak dilakukan di tengah keramaian waktu Yesus datang pada perayaan paskah. Itu akan menimbulkan kemarahan rakyat yang mendukung Yesus. Kalau begitu dengan tipu muslihat. Begitu kesimpulannya. Nah, Yudas datang pada saat mereka butuhkan. Yudas membocorkan kegiatan Yesus yang malam itu akan berada di tempat sepi. Cocok! Deal! Yudas menerima 30 keping uang perak. 
Oh, iya sebelum peristiwa itu, Yudas mungkin tersinggung karena ditegur Yesus. Ketika itu Yudas spontan menegur seorang perempuan yang membasuh kaki Yesus dengan minyak wangi yang mahal. Sayang amat, kata dia. Tapi Yesus membela perempuan itu, sebagai persiapan penguburanNya.  Langsung setelah itu, Yudas meninggalkan Yesus menemui imam-imam kepala.

KALAU BEGITU YANG BERJASA ADALAH PARA IMAM KEPALA DAN TUA-TUA YAHUDI? 
Juga Tidak! 
Markus  14:21 Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan."
Tidak ada kejahatan yang baik. Tidak ada penjahat yang berjasa dalam kejahatannya. 
NAMUN ------ ALLAH, sanggup memperbaiki apa yang telah mereka rusakan. Itulah KEBANGKITAN! 


Allah tidak tega Yesus harus menderita begitu hebat, namun Dia harus membiarkan YESUS tampil GAGAH PERKASA melawan kebencian, angkara murka, salib dan kematian. 
MELARIKAN YESUS sama sekali bukan tindakan kesatria. Para prajurit Samurai bahkan mengharamkan tindakan seperti itu. 

Kebangkitan YESUS memberi kita keyakinan bahwa ALLAH membiarkan penderitaan karena DIA PASTI dapat dan akan MEMPERBAIKINYA.  Selain itu dalam penderitaan itulah tampak nyata KUASA ALLAH yang Perkasa! Yohanes bilang, sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan. Ketika disalibkan YESUS sudah ditinggikan. Semua mata yang memandang padaNya diselamatkan. Penyaliban itu sudah merupakan suatu keselamatan. YESUS SUKSES menantang maut, tidak lari. Itulah sebabnya Salib Katolik ada corpus (tubuh) Kristusnya. Sebab inti dari peristiwa penyaliban itu adalah YESUS taat SAMPAI MATI! Itu adalah cinta dalam arti sebenarnya.... 

"Apakah Iblis yang membisiki Yudas untuk berkhianat berjasa?" Pertanyaan konyol macam apa ini???
Iblis memang dari awal hendak mengalahkan TUHAN, namun pasti tidak bakal bisa. Nah, kebetulan sekali, TUHAN yang hebat itu memilih jadi manusia. Inilah saatnya mengalahkannya. Lalu iblis pun datang mencobai Yesus di padang gurun di waktu puasaNya. Tiga kali mencoba, tiga kali Iblis kalah. 
.
Kini tantangan terakhir: "Yesus yang adalah manusia, pasti takut kematian, apalagi kematian dengan cara mengerikan. Sebagai yang TUHAN dan Manusia yang berkuasa, Ia pasti memilih menghindar, atau bahkan melawan dan membunuh semua tentara yang berusaha menangkapnya." 
.
Untuk memuluskan cobaan ke empat ini, Iblis menggunakan Yudas untuk berkhianat. Tawarnnya disambut Yudas, menjual informasi tentang gurunya. Lihat, Iblis tidak berharap Yesus mati di salib, yang ia harapkan adalah Yesus melarikan diri, menolak penderitaan dan kematian. Atau bahkan menolak sang Bapa yang telah membiarkannya menderita. 

Sebelum Yesus, Iblis juga pernah mencobati Ayub sampai babak belur karena sakit dan penderitaan. Namun seperti Yesus, Ayub juga bertahan pada imannya, dan Iblispun lari. 

Namun rencana iblis ini gagal. Yesus Justru menerima dan menghadapi kematianNya yang mengerikan itu dengan gagah perkasa. Alih-alih mengutuki Bapak, Ia justru berkata, "Ya Bapa ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaku."
St. Paulus lalu menulis, "Hei Maut, dimanakah sengatmu?" ! Kor 15.55. 

Comments

Popular posts from this blog

AGAMA KATOLIK kelas 12 Sems 1.

Materi AGAMA KATOLIK Sem. 1 kelas 10.

Agama Katolik SMA XI Sem 2